Website Resmi SMK Negeri 1 Mempawah Timur

PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI

Oleh: Ridwansyah, S.Pd

 

PENDAHULUAN

Pandemi covid 19 telah menyebar sejak akhir tahun 2019 hingga kini di beberapa wilayah dengan masa berbeda, terhitung 193 negara telah berjuang melawan serangan Covid yang tidak pandang bulu. Wuhan adalah salah satu kota di China sebagai tempat domisili penderita covid yang pertama kali ditemukan sebelum virus ini berstatus pandemi.

Pandemi covid 19 menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi manapun, Pandemi covid 19  masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menyebabkan penyakit menular ke manusia.

Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) pun turun tangan dan merilis pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.

 

DUNIA PENDIDIKAN KITA TERPAPAR COVID-19

Hal yang ditakut-takuti pun terjadi, Covid-19 menghantam Indonesia dan tak urung dunia pendidikan pun terpapar effek covid-19.

Sejak tanggal 16 Maret 2020 sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan metode pembelajaran siswa secara daring ( dalam jaringan ) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pembelajaran “daring” sebagai pilihan tunggal dalam kondisi pencegahan penyebaran covid 19 memberi warna khusus pada masa perjuangan melawan virus ini. Bahkan bentuk pembelajaran ini juga dapat dimaknai pembatasan akses pendidikan. Pendidikan yang lumrah berlangsung dengan interaksi langsung antarunsur (pendidik dan tenaga kependidikan dan peserta didik) beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung.

Akibatnya terjadilah adaptasi kebiasaan baru bagi dunia pendidikan. Berbagai temuan positif dan negatif pun bermunculan se-iring ditengah mewabahnya virus covid-19 ini.

Pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan kebijakan terkait pencegahan penyebaran Covid 19 yang berdampak pada kondisi internal dan eksternal wilayah pemerintahan Indoneisa. Salah satu keputusan pemerintah yang memberi dampak luas adalah kebijakan pada ranah pendidikan, baik pada komponen praktisi maupun pada komponen regulative dan lingkungan.

Dampak yang dahsyat akan terjadi jika sekolah menerapkan kebijakan pembelajaran secara tatap muka ( PTM ), karena akan dikhawatirkan akan menimbulkan cluster baru penyebaran covid-19 di tingkat sekolah.

 

TIMBULNYA PEMBELAJARAN DARING ATAU PEMBELAJARAN JARAK JAUH

A. Kelemahan PJJ

Sebagai akibat dan konsekuensi pendidikan (sekolah) tidak diperbolehkan melakukan PTM, maka solusinya adalah PJJ. Dari berbagai aspek, dampak yang ditimbulkan dari PJJ ini adalah dari sisi siswa, pertama, kebanyakan sekolah (siswa) dalam area-area tertentu akan sulit melaksanakan PJJ dikarenakan akses internet terbatas atau tidak terdapat pemerataan wilayah coverage area sinyal internet. Kedua, masih bantak terdapat siswa yang tidak memiliki perangkat mobile seperti handphone (hp), laptop maupun pc. Ketiga, tidak terpantau kegiatan siswa ketika melaksanakan PJJ. Keempat, Kurangnya kontrol orang tua dalam mendampingi anaknya belajar. Kelima, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi dan berbagai tugas yang diberikan guru. Keenam, kurangnya kesadaran siswa secara mandiri dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar.

Sedangkan dari sisi guru / pendidik, kesulitan yang timbul adalah, pertama tidak bisa memantau kegiatan siswa secara terus menerus, walaupun terjadual mata pelajaran, namun siswa yang berada diluar area sinyal akan kesulitan dalam menentukan jadual terencana.

Selain itu pula pada keterbatasan guru / pendidik dalam tanggap kondisi, kesiapan personal membutuhkan pendampingan bahkan pedoman khusus untuk memahami IT sebagai jalur pilihan dalam bekerja. Celakanya, kemampuan dasar sangat beragam sehingga melahirkan respon yang tidak seragam dan potensial menciptakan kesenjangan pencapaian tujuan atau target pembelajaran.

 

B. Kelebihan PJJ

Dari berbagai aspek yang ditemukan, ada peningkatan yang signifikan akan kemampuan siswa dan guru dalam meng-akses internet. Apakah hanya sebatas browsing mencari sumber-sumber materi atau pun hanya sekedar mencari informasi lainnya. Disamping itu, guru dan siswa lebih paham berbagai aplikasi yang digunakan sewaktu PJJ.

Banyak guru yang semula kurang paham dengan aplikasi pendidikan, maka dengan sendirinya perkembangan aplikasi digital menjadi keharusan bagi guru dalam memahaminya. Banyak contoh aplikasi yang disediakan dan digunakan seperti, Whatapps (umum digunakan WAG), Telegram, Email, Google Classroom, Quizizz, Rumah Belajar, Ruang Guru, Zenius, Quipper School, Kelas Pintar, Zoom, dan Google Meet. Namun dari beberapa penyedia aplikasi, hanya beberapa saja yang dapat diakses guru dan siswa, dikarenakan tingkat kesulitan dan keterjangkauan sinyal yang kurang memungkinkan untuk PJJ. Bagi mereka yang bersekolah di kota, tidaklah masalah dengan berbagai banyaknya aplikasi belajar online, baik yang gratis maupun yang berbayar.

Dari sisi lain dapat kita telusur bahwadapat dimaknai dari kondisi guru / pendidik dalam melaksanakan kegiatan akademik dengan bekerja PJJ atau dari rumah ( Work From Home). WFH membuat setiap individu yang melakukan aktivitasnya menjadi lebih mandiri dalam memaksimalkan pemanfaatan teknologi dan informasi. Sebelumnya, tidak semua individu memiliki kebiasaan bekerja berbasis IT, namun kondisi ini membuat mereka bisa lebih terbiasa dan terampil menyelesaikan pekerjaan dengan IT. Betapa tidak, praktisi pendidikan dibenturkan pada kondisi yang memaksa dan mengharuskan mereka menjadi mahir secara instan. Beberapa pengakuan praktisi tersebut menunjukkan peningkatan kreativitas dan kompetensi dalam pelaksanaan tugas masing-masing.

Tenaga pendidik dari semua jenjang usia bisa melebur diri untuk mengenal kemudahan dalam mengajar berbasis IT. Tenaga kependidikan menuntaskan dan merapikan urusan administrasi dengan bantuan IT. Para peserta didik yang pada umumnya adalah generasi milineal semakin bersenyawa dengan kemahiran mereka menyelesaikan kegiatan dan tugas belajar berbasis IT.

Hikmah ini menjadi langkah tidak terencana dan di luar dugaan sebagai upaya pengembangan keterampilan dan pengetahuan setiap unsur praktisi pendidikan relevan dengan zaman.

ASPEK LAIN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memfasilitasi program Belajar dari Rumah yang ditayangkan di TVRI. Program ini ditujukan kepada para siswa/i jenjang TK/PAUD, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Ini merupakan upaya dalam terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan di masa pandemi.

Khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet, secara ekonomi maupun lokasi rumah. “Belajar dari TV seru, tapi kadang suka kurang ngerti apa yang lagi dijelasin.” Imbuh seorang siswa SD yang mengikuti program belajar lewat stasiun TVRI.

Pada pandemi covid-19 ini telah memberikan kita begitu banyak pelajaran, tidak hanya tentang upaya memutuskan rantai penularannya, tapi juga bagaimana anak-anak kita tetap belajar dan bagaimana sekolah-sekolah bereaksi memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar.

PENUTUP

Ditengah menyebarnya wabah pandemi virus covid-19, dimana keberadaanya secara tersembunyi dari pandangan mata telah merobohkan, meluluhlantakkan, melemahkan, memperokporandakan sendi-sendi kehidupan manusia dari segala aspek. Bencana wabah ini akan lebih terasa dilihat dari aspek ekonomi.

Harapan kita bersama, agar wabah ini cepat teratasi dengan pemberian vaksin yang ampuh dalam memusnahkan virus corona atau covid-19 ini.

Kehadiran virus corona ini juga telah menyadarkan kita bahwa begitu sangat pentingnya aspek pendidikan tanpa bantuan, penanganan, atau bimbingan guru secara langsung. Betapa tersentaknya masyarakat ketika sekolah diharuskan Pembelajaran Jarak Jauh atau Pertemuan Jarak Jauh (PJJ).

Semoga wabah virus corona ini segera berakhir.

 

Sumber : Dari berbagai sumber

Penulis : Ridwansyah, S.Pd

Tinggalkan komentar