Sekali-sekali boleh coba Anda tanyakan kepada siswa setingkat SLTP atau SLTA di daerah perkotaan, apa cita-cita mereka …? Jawabannya kebanyakan ingin jadi Youtuber.
——————————————–
Ada fenomena menarik dengan semakin maraknya pertumbuhan media sosial belakangan ini, terutama bagi Gen Z ( generasi yang lahir di tahun 1995-2010 ).
Media sosial merupakan media online dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi dan berbagi informasi. Situs media sosial bermacam – macam jenis dan bentuknya, namun yang paling dikenal dan banyak digandrungi remaja zaman sekarang adalah facebook, twitter, instagram, youtube, dan tiktok.
Berdasar survei yang dilakukan oleh Future Company, menunjukkan bahwa kalangan remaja saat ini lebih memilih situs berbagi video youtube dibandingkan dengan facebook dan media sosial lainnya. Penelitian ini melibatkan lebih dari 4.000 remaja Amerika menunjukkan bahwa ketenaran facebook dan media sosial lainnya saat ini kian menurun dibandingkan dengan youtube.
Dikutip dari laman Mashable, Kamis (7/11/2013), riset yang dilakukan sejak bulan Juli terhadap remaja berusia 12-15 tahun 2013 mengungkapkan bahwa 41,5% remaja lebih memilih youtube dari total 48% pengguna internet. Pada tahun 2012 facebook menjadi situs paling populer bagi remaja dengan rentang usia 12-15 tahun. Data tersebut juga menunjukkan jika 50% remaja menjadikan youtube sebagai situs favorit, sedangkan 45,2% lainnya memfavoritkan facebook, dan 4,8% memfavoritkan media sosial lainnya.
Media sosial youtube digemari oleh remaja untuk berbagai macam sarana, baik untuk sekedar melihat video ataupun mengunggah video kedalam youtube. Youtube sendiri memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah untuk mencari film, melihat musik, video terbaru, dan lain sebagainya. Banyak masyarakat beranggapan bahwa youtube sebagai penyaluran bakat, namun adapula dari situs ini sebagian masyarakat memanfaatkannya sebagai ajang kreativitas.
Pandangan orang mengenai media sosial youtube berbeda-beda, karena fungsi yang paling utama dalam media ini adalah mengaplikasikan suatu objek agar dapat disaksikan oleh para penggunanya. Tidak lepas dari itu youtube juga memiliki kekurangan, misalnya kurangnya penyaringan video yang mencerminkan citra negatif.
Masyarakat dapat secara bebas mengunggah video dari youtube karena tidak adanya batasan khusus. Oleh karena itu youtube dapat dijadikan sebagai kesempatan suatu oknum yang tidak bertanggung jawab menampilkan video yang kurang pantas, seperti video porno, video kekerasan, video yang merubah reputasi seseorang, dan video negatif terhadap nama seseorang sehingga berpengaruh terhadap kehidupan sebenarnya dimasyarakat.
Selain itu, situs ini juga menyiarkan tayangan-tayangan dan gambar-gambar yang berbau pornografi. Tayangan ini sangat mudah untuk diakses sehingga banyak anak yang dapat dikategorikan masih dibawah umur sering mengaksesnya.
Hal itu merupakan pemicu utama dari perusakan moral bangsa dan penyebab seringnya terjadi pelecehan seksual yang dilakukan anak-anak kepada teman sebayanya.
Dikutip dari laman liputan6.com sebanyak 14 remaja menjadi tersangka kasus pemerkosaan dan pembunuhan siswa SMP (14 tahun) di Bengkulu. Kejadian serupa juga dilakukan anak siswa kelas dua SMP (14 tahun) yang melakukan kejahatan seksual kepada empat anak laki- laki yang merupakan tetangganya di Kota Tanggerang Selatan.
Beberapa kasus tersebut merupakan dampak dari kebebasan mengakses video-video negatif yang akan mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan perkembangan dirinya kearah negatif, seperti meniru hal-hal negatif yang ada pada video akan mengganggu proses pendidikan dan perkembangan moralnya.
Menurut Sandy, sebagai generasi yang bercita-cita menjadi social media influencer, “Generasi ini ketika mereka lahir, mereka sudah tersentuh teknologi dan yang lagi ngehits di generasi mereka itu, youtuber, vlogger,” Jelas Sandy, seorang CEO Power Breakfast by Talenta, Jakarta
Perlahan namun pasti, youtube berubah secara perlahan. Pengamat media sosial Nukman Lutfie mengatakan, youtube semula didominasi oleh konten dari perusahaan yang ingin mengenalkan produknya. Tapi, kini berbagai konten di youtube banyak lahir dari tangan-tangan kreatif seorang individu.
“Youtuber itu yang semula diisi oleh perusahaan musik semacam Musica Studio’s dan lain-lain. Mereka punya artis sehingga followersnya bisa jutaan. Tapi sekarang youtube bergeser dari orang per orang, jadi sekarang banyak orang-orang yang followersnya di atas perusahaan label itu,” ujar Nukman Luthfie
Mudahnya mengakses media sosial membuat sebagian orang ingin menjadi social media influencer. Menjadi youtuber itu tidak menjadi masalah selama konten yang dibuat memiliki pesan yang baik. “Nanti lima tahun lagi, pasti arahnya akan berganti,” ucap Sandy.
Faktor apa yang menjadikan Gen Z ingin menjadi Social Media Influencer? Menurut Gardy Esmond, seorang Head of Business Development for Platform Allstars.id bahwa Pundi-pundi rupiah-lah yang dihasilkannya bisa menjadi passive income.
Menjadi social media influencer merupakan salah satu taktik untuk mendapatkan penghasilan dari internet. Sehingga nantinya para social media influencer bisa bergabung di dalam beberapa platform influencer marketing. Penghasilan yang bisa didapat oleh para influencer tergantung dari beragam setiap postingan, mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah, tergantung dari jenis sponsor atau brand-nya. Saat ini sudah banyak brand-brand yang mulai menggunakan jasa social media influencer untuk memasarkan produk-produk mereka. Di Instagram biasa dikenal dengan nama endorce.
Fenomena Atta Halilintar dengan Brand Asyiap
Youtube makin berwarna setelah Atta Halilintar menenggerkan akun youtube miliknya menjadi nomor satu di Asia Tenggara. Tapi sebelum Atta, atau Ria Ricis yang terkenal lewat konten squishy-nya, ada sejumlah youtuber beken yang berkarya dari awal booming-nya youtube di Indonesia. Berikut secara singkat para youtube yang akan mengikuti jejak pendahulunya, seperti:
Edho Zell, Bergabung sejak 24 November 2006, Edho Zell sudah diikuti 3,73 juta subscribers. Raditya Dika, Bergabung pada 29 Juni 2007. Kini, penulis ‘Manusia Setengah Salmon’ ini sudah mendapatkan 8,87 juta subscribers.Reza Arap, Pemilik nama merupakan sosok gamer yang terkenal. Ia terinspirasi membuat video dan mengunggahnya ke youtube Reza Oktoviane mulai 2012 terinspirasi dari PewDiePie. Arap kemudian memutuskan untuk mendonasikan youtube-nya ke Yayasan Anyo Indonesia yang saat itu mencapai 2,7 juta subscribers.
Berikut ini adalah daftar Top Youtuber Indonesia dengan penghasilan tertinggi, berdasarkan analisa data Social Blade, Kamis 17 Desember 2020
- Jess No Limit, Subscribers: 19,7 juta, Video yang di-upload: 1.341 video, Jumlah penonton: 1,97 miliar, Isi konten: Gaming, Kolaborasi, dan Review Gim, Pendapatan per bulan: 18,9 ribu dolar AS hingga 302 ribu dolar AS atau setara Rp267,16 juta hingga Rp4,26 miliar.
- Frost Diamond, Subscribers: 15,7 juta,Video yang di-upload: 1.337 video,Jumlah penonton: 2 miliar,Isi konten: Gaming, Review dan Hiburan,Pendapatan per bulan: 43,7 ribu dolar AS hingga 699,5 ribu dolar AS setara dengan Rp617,69 juta hingga Rp9,46 miliar.
- BUDI01 GAMING, Subscribers: 9,13 juta, Video yang di-upload: 167 video,Jumlah penonton: 645 juta, Isi konten: Gaming dan Hiburan (vlog), Pendapatan per bulan: 16,1 ribu dolar AS hingga 257 ribu dolar AS atau Rp227,54 juta sampai Rp3,63 miliar.
- Baim Paula, Subscribers: 17 juta, Vdeo yang di-upload: 1.097 video,Jumlah penonton: 2,5 miliar, Isi konten: Hiburan, Kolaborasi, Sosial dan Vlog keluarga, Pendapatan per bulan: 26,2 ribu dolar AS sampai 419,4 ribu dolar AS yang setara dengan Rp370,3 juta hingga Rp5,92 miliar.
- Rans Entertainment, Subscribers: 18,7 juta, Video yang di-upload: 1.783 video, Jumlah penonton: 3,4 miliar, Isi konten: Hiburan, Musik, Traveling, Kolaborasi dan Vlog keluarga, Pendapatan per bulan: 41,8 ribu dolar AS hingga 668,8 ribu dolar AS, setara dengan Rp 590,8 juta sampai Rp 9,4 miliar.
- Deddy Corbuzier, Subscribers: 12,7 juta, Video yang di-upload: 744 video, Jumlah penonton: 1,9 miliar, Isi konten: Podcast dan Kolaborasi, Pendapatan per bulan: 19,3 ribu dolar AS hingga 309,3 ribu dolar AS, setara dengan Rp 272,8 juta sampai Rp 4,3 miliar.
- Atta Halilintar, Subscribers: 26,1 juta, Video yang di-upload: 1.112 video, Jumlah penonton: 2,9 miliar, Isi konten: Vlog, Musik, Hiburan, Kolaborasi dan Podcast, Pendapatan per bulan: Dari 10 ribu dolar AS hingga 160,4 ribu dolar AS, yang setara Rp 141,3 juta sampai Rp 2,2 miliar. (https://voi.id/teknologi/23429/10-youtuber-indonesia-dengan-penghasilan-tertinggi-selama-2020)
Dampak Negatif
Setiap media sosial, selalu membawa pengaruh. Ibarat Pedang, Begitu pula dengan efek yang ditimbulkan penikmat konten-konten media sosial. Harus bijak dan penuh kedewasaan dalam menerima konten-konten yang disajikan karena kurangnya filter terhadap isi. Baik berupa narasi (percakapan, gaya, prilaku, dan sikap serta perbuatan).
Bahkan bagi kalangan ibu-ibu melenial di zaman sekarang, asuhan untuk anaknya cukup disuguhkan media sosial tanpa dipandu atau didampingi.
Ada beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh gemarnya menonton youtube, yaitu bahaya youtube, yakni dapat menganggu kesehatan, apalagi terlalu lama dan dekat dengan layar, akan merusak mata, menyebabkan postur tubuh anak tidak baik, karena menonton sambil tiduran atau bungkuk, anak memiliki kecenderungan mengalami obesitas, karena menonton sambil makan.
Seperti yang telah disinggung di atas, dampak anak sering nonton youtube akan membuat mereka kecanduan. Jika terbiasa menonton youtube setiap hari, anak bisa kecanduan dan tidak ingin melakukan apa-apa, karena youtube merupakan salah satu media yang menarik baginya.
Menonton youtube merupakan kegiatan pasif. Sehingga membuat anak kurang bergerak dan kurang berinteraksi.
Youtube tidak melatih kemampuan motorik serta sosial anak. youtube memang akan memberikan pengetahuan mengenai situasi sosial, namun tidak dapat memberikan ‘pengalaman nyata’ bagi anak dalam bertindak atau berinteraksi.
Anak dapat kehilangan quality time dengan orangtua atau keluarga.( https://seruni.id/sisi-positif-dan-negatif-youtube-terhadap-anak-anak/)
Subscriber, Bijaklah
Dengan subscribers rata-rata remaja usia sekolah, Atta Halilintar menayangkan video malam pertama. Lima juta penonton dalam tempo 24 jam. Tentu tidak ada konten porno, platform melarangnya; tapi ini menambah dosis baru dalam asupan kebodohan yang sudah terlalu lama dicekokkan kepada generasi muda kita.
Atta, dan banyak youtuber dengan tipe konten serupa, berada di kotak yang sama dengan sinetron, infotainment gosip, hingga gerakan agama yang puritan radikal : mereka semua berada dalam lingkaran Bad Influencers, pembawa pengaruh buruk.
Masih ingatkah kita dengan seorang youtuber nge-prank seseorang dijalanan dengan membagikan bingkisan di malam hari yang ternyata isinya sampah. Kemudian ada lagi seseorang memberikan sumbangan kepada seorang ibu rumah tangga, namun setelah itu, sumbangan tersebut diambil kembali sambil tertawa-tawa seakan-akan tiada berdosa dan bersalah dan banyak cerita yang bertaburan dengan konten buruk.
Kenapa ini terjadi…? Jawabannya hanya satu, ingin mendapatkan subscribe dan like yang tinggi dari pengunjung.
Lalu bagaimana dengan konten-konten para artis…? Hmm… mereka adalah “kaum bourjo” hight class. Artinya yang disuguhkan oleh koten-konten mereka mengarah kepada privasi keluarga, kemewahan, rumah mewah, mobil mewah. Boleh dikatakan mereka pamer kekayaan.
Boleh dikatakan isi kontennya hanya sebatas kesenangan belaka. Sekarang ini, banyak artis dan para infotainment lain yang beralih ke youtube sebagai bagian untuk mendulang rupiah.
Ada sisi gelap dengan kehadiran youtuber sekarang ini bahwa sedikit sekali para artis maupun youtuber lain yang menyodorkan konten-konten sosial yang mendidik.
Berdasarkan urutan peringkat youtuber di Indonesia, kita lihat isi konten mereka tidak lain berkisar game, pribadi, hiburan, dan musik. Justru konten-konten itulah yang mendulang like dan subscribe yang paling banyak. Berbanding terbalik dengan konten-konten yang bersifat mendidik, moralitas, dan motivasi dan atau penyemangat kehidupan yang justru minim like dan subscribe.
Para subscriber dan pemburu like mungkin tidak menyadari atau ( menyadari ) bahwa yang mereka subscribe dan like adalah bagian dari mendatangkan nilai nominal tertentu dari penyedia konten tersebut ( lihat nilai rupiah dari pembahasan di atas ). Sayangnya, para subscribe dan like tidak tahu nilai yang sesungguhnya, apa yang telah mereka dapatkan dari aktiviatas jari mereka tersebut. Konten-konten yang tidak mendidik dan cenderung destruktif, apatis, dan impulse.
Anehnya, kebanyakan mereka yang subscribe dan like tersebut adalah generasi Gen Z seperti yang disebutkan di awal artikel ini.
Fenomena ini sebenarnya menarik dan perlu diadakan penelitian. Namun secara pragmatis dapat disimpulkan bahwa aktivitas mereka di sosial media lebih banyak kepada unsur suka-suka, ikut-ikutan, mengikuti trend, dan kolaborasi antarkelompok, tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, umpamanya konten-konten yang bersifat mendidik dan berisi konten pengetahuan.
Apabila seorang guru atau pendidik mendapati atau merasakan siswanya malas dan tidak mengerjakan tugas-tugas, kurang bergairah, dan apatis, bully-an, ucapan atau lisan berkata tanpa didasari adab-adab kesopanan, jelaslah bahwa apa yang mereka lihat dan tonton akan terpengaruh ke alam bawah sadar mereka sehingga terbawa ke sikap, perbuatan dan tingkah laku mereka sehari-hari. Bisa terpengaruh karena game, ucapan tanpa adab/kotor, perbuatan prank (menjahili/bohong), dan jauh dari nilai-nilai agama dan kesopanan.
Pendidikan Karakter
Karena sifat dari konten sosial media terutama youtube mempunyai dua sisi positif dan negatif, maka perlu upaya proteksi terhadap para generasi muda Gen Z. Proteksi tersebut bukanlah dengan melarang atau membatasi aktivitas mereka. Disini perlu kesadaran moral dengan pembentukan karakter mereka. Pembentukan karakter dapat dibentuk dengan melalui dua cara, yaitu melalui pendidikan di sekolah dan pendidikan di rumah.
Theodore Roosevelt memiliki pandangan menarik mengenai pendidikan karakter, ia mengatakan “Mendidik pikiran seseorang tanpa mendidik moralnya sama saja dengan mendidik ancaman terhadap lingkungan masyarakat”. Artinya orang yang cerdas dan memiliki daya intelegensi yang tinggi apabila memiliki moral yang rendah maka ia justru bisa menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakatnya.
Karena tanpa moral yang benar, seseorang bisa melakukan hal yang berbahaya dan membuat rugi banyak orang dengan ilmu dan keahlian yang dimilikinya. Maka dari itu sangat penting bagi lingkungan sekolah untuk menekankan pendidikan karakter pada peserta didik sejak usia atau tingkat pendidikan yang awal.
Di sekolah, Secara umum fungsi dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk karakter dan kepribadian seseorang sehingga menjadi orang yang memiliki nilai moral tinggi, berakhlak mulia, memiliki toleransi, tangguh, dan juga berperilaku baik.
Ketika di sekolah diajarkan pendidikan karakter, maka di luar sekolah terutama di rumah lebih-lebih lagi wajib untuk ditanamkan pendidikan karakter. Namun, dengan melihat realita yang berkembang di masyarakat pada saat ini, dimana mereka yang meng-akses media sosial lebih dominan para generasi muda, rasanya pendidikan karakter mereka terabaikan dengan sendirinya. Orang tua sibuk, pergi pagi pulang malam terkadang larut malam, tingkat kesulitan ekonomi yang melanda para orang tua dan pada akhirnya mereka sibuk dengan urusan isi perut dan kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Dilemmatis memang, namun mau bagaimana lagi…?
Penulis: ridwanzr